Jumat, 11 April 2008

Mengapa harus menjaga hati?

Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan (Amsal 4:5)

Suatu saat adakalanya seseorang merasa tidak percaya diri hidupnya tidak berarti seolah-olah ia adalah orang hidup tanpa kehidupan. Semua rencananya tidak berhasil apa yang diinginkan dan dicita-citakan sepertinya tidak sama dengan yang ia peroleh. Ia mengatakan bahwa sudah tidak ada semangat hidup tidak ada kehidupan yang harus dikejar batas keputusasaan sudah dekat. Siapa yang bisa memperbaiki kondisi seperti ini? Tentunya hanyalah Firman Allah dan pribadi Yesus yang bisa menolongnya, kita percaya itu. Tetapi orang ini adalah orang yang rajin ke gereja, semua firman sudah di dengar saat kebaktian minggu maupun kebaktian rumah. Tetapi sepertinya tidak ada yang berubah, semuanya terasa sama, sehingga kejenuhan yang ia keluhkan. Bahasa gaulnya adalah BT. Marilah kita lihat firman Tuhan di ayat Amsal 4:5, selain kita percaya adanya jamahan dan layatan Tuhan saat kita mendengar firman ada usaha aktif yang menjadi syarat untuk membiarkan kehidupan baru timbul di dalam diri kita yaitu jagalah hati dengan kewaspadaan. Dari apa saja hati itu harus dijaga? Dari segala yang bisa membuat hubungan kita dengan Tuhan kita menjadi jauh mengapa karena hati adalah tempat masuknya hikmat dan membawa pengetahuan (Amsal 2:10). Pengetahuan ini dibawa di dalam hikmat yang Tuhan berikan dan di dalam pengetahuan ada berbagai solusi yang membuat jiwa kita tenang. Jadi jika kita mewaspadai hati kita maka jiwa kita akan tenang dan solusi Tuhan akan mengalir di dalam kita. (Amsal 14:30)

Sisi buruk yang harus diwaspadai dengan hati adalah hati merupakan tempat terjadinya perencanaan kejahatan (Amsal 6:18) disadari maupun tidak. Di dalam hati ada tipu daya (Amsal 12:20), kekuatiran (Amsal 12:25), ada amarah terhadap ayah (Efesus 6:4), ada keserakahan (2 Petrus 2:14) Betapa rentannya hati ini, kondisi hati menentukan kehidupan dan ketenangan jiwa (Amsal 14:30). Hati yang tenang menyegarkan tubuh tetapi hati yang iri membusukkan tulang.


Apa bisa kita pura-pura dengan hati kita? Siapa yang akan menyelidiki hati kita? Dalam Yeremia 17:10 dikatakan bahwa Tuhan sendiri yang menyelidiki hati dan menguji batin, sebab melalui hati semua rekaman dari tingkah laku dan perbuatan dapat tersimpan. Segala rancangan manusia ada di dalam hati (Amsal 19:21), manusia merancang banyak hal tetapi keputusannya Tuhan yang terlaksana bahkan apa yang tidak dirancang di hati manusia Tuhan akan berikan (1 Korintus 2:9) tetapi syaratnya manusia tersebut mengasihi Tuhan dan takut akan Tuhan.

Lalu bagaimana jika kita hanyalah mewaspadai hati tetapi toh rancangan yang banyak kita buat tidak berjalan sepertinya otoritas Tuhan dalam rancangan tidak dapat dijadikan rancangan kita? Dalam membuat rancangan dan memperoleh hikmat kita harus berkomunikasi dengan Tuhan dan mau melakukan rencananya dengan rendah hati. Rancangan manusia tidak jauh dari kekayaan, kehormatan dan kehidupan yang nyaman. Tuhan tahu itu. Kita sebagai orang kristen tidak perlu menyibukkan diri dengan ketiga hal itu. Hati kita tidak perlu dipenuhi oleh rancangan-rancangan tentang ketiga hal itu yang perlu hanyalah rendah hati mau mendengar apa yang Tuhan suruh dan takut akan Tuhan, maka ketiga hal itu akan diberikan sebagai upah (Amsal 22:4). Permulaan hikmat kuncinya adalah takut akan Tuhan (Mazmur 111:10) dan ruang penyimpannya adalah hati.


Sedikit mengenai takut akan Tuhan, apakah yang dimaksud oleh iman kristiani mengenai takut akan Tuhan, dalam Amsal 8:13 dikatakan takut akan Tuhan ialah membenci kejahatan, tidak sombong, menjaga tingkah laku dan mulut yang tidak penuh tipu muslihat. Jika diulas semua jika kita ingin agar semua masalah ada solusinya kita harus menjaga hati agar mempunyai hikmat, untuk punya hikmat harus takut akan Tuhan, takut akan Tuhan berarti dalam hati kita tidak ada kejahatan, kesombongan dan niat untuk melakukan tingkah laku dan ucapan yang jahat. Artinya semua yang bertentangan dengan semua itu menandakan hati kita tidak terjaga, dimana ada ketidaktenangan jiwa saat itulah berarti hati kita sedang tidak tenang. Bahkan jika jika setengah-setengah ataupun mendua hati untuk takut akan Tuhan maka hati kita tidak akan tenang (Yakobus 1:8)
Bagaiman jika sudah terlanjut di dalam hati kita untuk sering melakukan kejahatan dan mendua hati antara Tuhan dan Kejahatan? Jawabnya bertobatlah dan sucikan hatimu dengan mendekat kepada Tuhan (Yakobus 4:8). Jika Iblis melihat dosa yang tersimpan dalam hati dan menuduhkannya kepada Tuhan kita dapat berkata Allah lebih besar dari hati kita serta mengetahui segala sesuatu (1 Yohanes 3:19)

Jadi seharusnya di dalam hati itu ada apa lagi selain hikmat? Atau pertanyaannya apa yang perlu dilestarikan di dalam hati? Dalam 2 Korintus 3:3 di dalam hati harus ada surat Kristus yang ditulis oleh Roh Allah sendiri, ada teranganNya Tuhan (2 Korintus 4:6), Roh anakNya Allah ada di dalam hati, ada hukumNya Tuhan yang dituliskan (Ibrani 8:10)